Berbagai cara memperoleh pengetahuan
Dapat
dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
1.
Cara non ilmiah
Merupakan cara kuno atau cara
tradisional, dengan cara :
a.
Trial and error (cara coba salah)
Cara
coba salah ini dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam
memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba
lagi dengan kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba
kemungkinan keempat.
Metode
ini telah digunakan dalam waktu yang cukup lama untuk memecahkan berbagai
masalah. Bahkan sampai sekarang pun metode ini masih sering digunakan, terutama
oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui suatu cara tertentu yang tepat
dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
b.
Secara kebetulan
Penemuan
kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang
bersangkutan. Saalah satu contoh adalah penemuan enzim urease oleh Summers pada
tahun 1926. Pada suatu hari Summers sedang bekerja dengan ekstrak acetone dan
karena terburu-buru ingin bermain tenis, maka ekstrak acetone tersebut disimpan
di dalam kulkas. Keseokan harinya ketika ingin meneruskan percobaannya,
ternyata ekstrak acetone yang disimpan di dalam kulkas tersebut timbul
kristal-kristal yang kemudian disebut enzim urease.
Contoh
lain dari cerita dari mulut ke mulut adalah ditemukannya kina sebagai obat
penyembuhan penyakit malaria. Konon, ditemukannya kina sebagai obat malaria
adalah secara kebetulan oleh seorang penderita malaria yang ingin mengembara.
Pada suatu hari ketika sedang mengembara di hutan dia kehausan dan minum air
parit yang begitu jernih, tetapi rasanya pahit sekali. Anehnya, sejak minum air
yang pahit tersebut penyakit malarianya tidak kambuh. Akhirnya ia melakukan
penyelidikan ke sepanjang parit itu dan ditemukannya pohon kina yang tumbuh
terendam di dalam parit tersebut. Akhirnya ia berkesimpulan kulit kayu kina
dapat dijadikan obat malaria.
c.
Cara kekuasaan atau otoritas
Dalam
kehidupan sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tardisi
yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan
tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun
temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Misalnya mengapa harus ada
upacara turun tanah pada bayi, mengapa ibu yang sedang menyusui harus minum
jamu, mengapa anak tidak boleh makan telur dan sebagainya.
Kebiasaan-kebiasaan
ini seolah-olah diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak. Sumber
pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin masyarakat baik format maupun
infromal. Dengan kata lain, pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada
pemegang otoritas yakni orang yang mempunyai wibawa atau kekuasaan, baik tradisi
otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan atau
ilmuwan.
Orang
lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas,
tanpa terlebih dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan
empiris maupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang
yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa apa yang dikemukakannya adalah
sudah benar.
d.
Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman
merupakan sumber pengetahuan atau pengetahuan merupakan suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan. Seorang penduduk desa yang menderita demam
dapat sembuh karena minum air daun pepaya, akan mengulangi lagi cara itu pada
waktu ia atau anggota keluarganya menderita demam. Bahkan orang tersebut mungkin
akan menyebarluaskan pengetahuannya kepada para tetangganya. Pengalaman orang
lain menunjukkan bahwa demam tersebut dapat sembuh setelah minum obat puyer
yang dibeli di warung, atau dengan cara dikeroki.
e.
Cara akal sehat
Akal
sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran.
Orangtua zaman dahulu agar anaknya mau menuruti nasih orangtuanya atau agar
anaknya disiplin menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya berbuat salah,
misalnya dijewer telinganya atau dicubit. Ternyata, sampai sekarang berkembang
menjadi teori atau kebenaran, bahwa hukuman adalah metode (meskipun bukan yang
paling baik) bagi pendidikan anak. Pemberian hadiah dan hukuman (reward and
punishment) merupakan cara yang masih dianut oleh banyak orang untuk mendisiplinkan
anak dalam konteks pendidikan.
f.
Kebenaran melalui Wahyu
Ajaran
atau dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para
nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut-pengikut agama
yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak.
Sebab kebenaran ini diterima oleh para nabi. Nabi adalah sebagai wahyu dan
bukan karena hasil usaha penalaran atau penyelidikan manusia.
g.
Kebenaran secara intuitif
Kebenaran
secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses di luar
kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir. Kebenaran yang
diperoleh melalui intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak
menggunakan cara-cara yang rasional dan yang sistematis. Kebenaran ini
diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan hati
saja.
h.
Jalan pikiran
Sejalan
dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut
berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam
memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, memperoleh kebenaran pengetahuan
manusia telah menggunakan jalan pikirannya.
i.
Induksi
Induksi
adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan
khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Hal ini berarti dalam berpikir induksi
pembuatan kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman empiris yang ditangkap oleh indra. Kemudian
disimpulkan ke dalam suatu konsep yang memungkinkan seseorang untuk memahami
suatu gejala. Karena proses berpikir induksi itu beranjakdari hasil pengamatan
indra atau hal-hal yang nyata, maka dapat dikatakan bahwa induksi beranjak dari
hal-hal yang konkret ke hal-hal yang abstrak.
Misalnya,
dari hasil pengamatan bahwa masing-masing atau tiap-tiap anak yang lahir
prematur perkembangannya terlambat. Jadi kesimpulannya, semua anak yang lahir
prematur perkembangannya lambat.
j.
Deduksi
Deduksi
adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke khusus.
Aristoteles (384-322) mengembangkan cara berpikir deduksi ini ke dalam suatu
cara yang disebut “silogisme”. Silogisme merupakan suatu bentuk deduksi yang
memungkinkan seseorang dapat mencapai kesimpulan yang lebih baik. Di dalam
proses deduksi berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum pada kelas
tertentu, berlaku juga kebenarannya pada semua peristiwa yang terjadi pada
setiap yang termasuk di dalam kelas ini.
Silogisme
sebagai bentuk berpikir deduksi yang teratur terdiri dari tiga pernyataan atau
proposisi, yaitu pernyataan utama disebut premis mayor. Pernyataan kedua yang
sifatnya lebih khusus daripada pernyataan pertama disebut premis minor.
Sedangkan pernyataan ketiga yang merupakan kesimpulannya, disebut konklusi atau
konsekuen.
Contoh
:
Semua
anak yang status gizinya baik, cerdas (premis mayor)
Ruli
status gizinya baik (premis minor)
Jadi
Ruli adalah anak yang cerdas (konklusi)
2.
Cara ilmiah
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada
dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode
penelitian ilmiah atau lebih populer disebut metodologi penelitian (research
methodology). Cara ini mula mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626).
Ia adalah seorang tokoh yang mengembangkan metode berpikir induktif. Mula-mula
ia mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam atau kemasyarakatan.
Kemudian hasil pengamatannya tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan dan
akhirnya dibuat kesimpulan umum. Kemudian metode berpikir induktif yang
dikembangkan oleh Bacon ini dilanjutkan oleh Deobold Van Dallen. Ia mengadakan
observasi langsung dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang
diamatinya.
Berdasarkan hasil pencatatan ini kemudian ditetapkan
ciri-ciri atau unsur-unsur yang pasti ada pada suatu gejala. Selanjutnya hal
tersebut dijadikan dasar pengambilan kesimpulan atau generalisasi.
Prinsip-prinsip umum yang dikembangkan oleh Bacon ini kemudian dijadikan dasar
untuk mengembangkan metode penelitian yang lebih praktis. Selanjutnya diadakan
penggabungan antara proses berpikir deduktif induktif verifikatif seperti yang
dilakukan oleh Newton dan Galileo. Akhirnya lahir suatu cara melakukan
penelitian yang dikenal dengan metode penelitian ilmiah (scientific research
method).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar