Senin, 22 Januari 2018

Berbagai cara memperoleh pengetahuan

Berbagai cara memperoleh pengetahuan

            Dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
1.         Cara non ilmiah
Merupakan cara kuno atau cara tradisional, dengan cara :
a.      Trial and error (cara coba salah)
Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba lagi dengan kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat.
Metode ini telah digunakan dalam waktu yang cukup lama untuk memecahkan berbagai masalah. Bahkan sampai sekarang pun metode ini masih sering digunakan, terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui suatu cara tertentu yang tepat dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
b.      Secara kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan. Saalah satu contoh adalah penemuan enzim urease oleh Summers pada tahun 1926. Pada suatu hari Summers sedang bekerja dengan ekstrak acetone dan karena terburu-buru ingin bermain tenis, maka ekstrak acetone tersebut disimpan di dalam kulkas. Keseokan harinya ketika ingin meneruskan percobaannya, ternyata ekstrak acetone yang disimpan di dalam kulkas tersebut timbul kristal-kristal yang kemudian disebut enzim urease.
Contoh lain dari cerita dari mulut ke mulut adalah ditemukannya kina sebagai obat penyembuhan penyakit malaria. Konon, ditemukannya kina sebagai obat malaria adalah secara kebetulan oleh seorang penderita malaria yang ingin mengembara. Pada suatu hari ketika sedang mengembara di hutan dia kehausan dan minum air parit yang begitu jernih, tetapi rasanya pahit sekali. Anehnya, sejak minum air yang pahit tersebut penyakit malarianya tidak kambuh. Akhirnya ia melakukan penyelidikan ke sepanjang parit itu dan ditemukannya pohon kina yang tumbuh terendam di dalam parit tersebut. Akhirnya ia berkesimpulan kulit kayu kina dapat dijadikan obat malaria.
c.       Cara kekuasaan atau otoritas
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tardisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Misalnya mengapa harus ada upacara turun tanah pada bayi, mengapa ibu yang sedang menyusui harus minum jamu, mengapa anak tidak boleh makan telur dan sebagainya.
Kebiasaan-kebiasaan ini seolah-olah diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin masyarakat baik format maupun infromal. Dengan kata lain, pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada pemegang otoritas yakni orang yang mempunyai wibawa atau kekuasaan, baik tradisi otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan atau ilmuwan.
Orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan empiris maupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa apa yang dikemukakannya adalah sudah benar.
d.      Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau pengetahuan merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Seorang penduduk desa yang menderita demam dapat sembuh karena minum air daun pepaya, akan mengulangi lagi cara itu pada waktu ia atau anggota keluarganya menderita demam. Bahkan orang tersebut mungkin akan menyebarluaskan pengetahuannya kepada para tetangganya. Pengalaman orang lain menunjukkan bahwa demam tersebut dapat sembuh setelah minum obat puyer yang dibeli di warung, atau dengan cara dikeroki.
e.      Cara akal sehat
Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran. Orangtua zaman dahulu agar anaknya mau menuruti nasih orangtuanya atau agar anaknya disiplin menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya berbuat salah, misalnya dijewer telinganya atau dicubit. Ternyata, sampai sekarang berkembang menjadi teori atau kebenaran, bahwa hukuman adalah metode (meskipun bukan yang paling baik) bagi pendidikan anak. Pemberian hadiah dan hukuman (reward and punishment) merupakan cara yang masih dianut oleh banyak orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan.
f.        Kebenaran melalui Wahyu
Ajaran atau dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut-pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak. Sebab kebenaran ini diterima oleh para nabi. Nabi adalah sebagai wahyu dan bukan karena hasil usaha penalaran atau penyelidikan manusia.
g.      Kebenaran secara intuitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara yang rasional dan yang sistematis. Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja.

h.     Jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya.
i.        Induksi
Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Hal ini berarti dalam berpikir induksi pembuatan kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman empiris  yang ditangkap oleh indra. Kemudian disimpulkan ke dalam suatu konsep yang memungkinkan seseorang untuk memahami suatu gejala. Karena proses berpikir induksi itu beranjakdari hasil pengamatan indra atau hal-hal yang nyata, maka dapat dikatakan bahwa induksi beranjak dari hal-hal yang konkret ke hal-hal yang abstrak.
Misalnya, dari hasil pengamatan bahwa masing-masing atau tiap-tiap anak yang lahir prematur perkembangannya terlambat. Jadi kesimpulannya, semua anak yang lahir prematur perkembangannya lambat.



j.        Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke khusus. Aristoteles (384-322) mengembangkan cara berpikir deduksi ini ke dalam suatu cara yang disebut “silogisme”. Silogisme merupakan suatu bentuk deduksi yang memungkinkan seseorang dapat mencapai kesimpulan yang lebih baik. Di dalam proses deduksi berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum pada kelas tertentu, berlaku juga kebenarannya pada semua peristiwa yang terjadi pada setiap yang termasuk di dalam kelas ini.
Silogisme sebagai bentuk berpikir deduksi yang teratur terdiri dari tiga pernyataan atau proposisi, yaitu pernyataan utama disebut premis mayor. Pernyataan kedua yang sifatnya lebih khusus daripada pernyataan pertama disebut premis minor. Sedangkan pernyataan ketiga yang merupakan kesimpulannya, disebut konklusi atau konsekuen.
Contoh :
Semua anak yang status gizinya baik, cerdas (premis mayor)
Ruli status gizinya baik (premis minor)
Jadi Ruli adalah anak yang cerdas (konklusi)




2.        Cara ilmiah
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer disebut metodologi penelitian (research methodology). Cara ini mula mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626). Ia adalah seorang tokoh yang mengembangkan metode berpikir induktif. Mula-mula ia mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam atau kemasyarakatan. Kemudian hasil pengamatannya tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan dan akhirnya dibuat kesimpulan umum. Kemudian metode berpikir induktif yang dikembangkan oleh Bacon ini dilanjutkan oleh Deobold Van Dallen. Ia mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua  fakta sehubungan dengan objek yang diamatinya.

Berdasarkan hasil pencatatan ini kemudian ditetapkan ciri-ciri atau unsur-unsur yang pasti ada pada suatu gejala. Selanjutnya hal tersebut dijadikan dasar pengambilan kesimpulan atau generalisasi. Prinsip-prinsip umum yang dikembangkan oleh Bacon ini kemudian dijadikan dasar untuk mengembangkan metode penelitian yang lebih praktis. Selanjutnya diadakan penggabungan antara proses berpikir deduktif induktif verifikatif seperti yang dilakukan oleh Newton dan Galileo. Akhirnya lahir suatu cara melakukan penelitian yang dikenal dengan metode penelitian ilmiah (scientific research method).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar