Kamis, 18 Januari 2018

Konsep segitiga epidemiologi

Konsep Segitiga Epidemiologi
       Segitiga epidemiologi (trias epidemiologi) merupakan konsep dasar epidemiologi yang memberikan gambaran tentang hubungan antara tiga faktor utama yang berperan dalam terjadinya penyakit dan masalah kesehatan lainnya. Konsep segitiga yang dikemukakan Gordon  dan La Richt (1950) ini merupakan gambaran interaksi antara tiga faktor yakni host (tuan rumah = pejamu), agent (agen = faktor penyebab), dan environment (lingkungan).
       Timbulnya penyakit berkaitan dengan terjadinya ketidakseimbangan interaksi antara ketiga faktor ini. Keterkatian antara pejamu, agen, dan lingkungan merupakan suatu kesatuan yang dinamis yang berada dalam keseimbangan (equilibrium) pada seorang individu yang sehat. Jika terjadi gangguan terhadap keseimbangan hubungan segitiga inilah yang menimbulkan status sakit (Bustan, 2012).
            Gangguan keseimbangan yang memungkinkan terjadinya penyakit berkaitan dengan :
a.         Tersedianya pejamu yang rentan (susceptible host)
b.        Keterpaparan oleh faktor agen yang potensial beresiko (faktor resiko)
c.         Keadaan perubahan lingkungan yang mendukung keterpaparan oleh agen dan pejamu yang makin rentan.
1.        Faktor pejamu (host = tuan rumah)
            Pejamu adalah manusia atau mahluk hidup lainnya, termasuk burung dan arthropoda, yang menjadi tempat terjadi proses alamiah perkembangan penyakit. Faktor pejamu yang berkaitan dengan kejadian penyakit dapat berupa : umur, jenis kelamin, ras, etnik, anatomi tubuh, dan status gizi. Faktor pejamu adalah :
a.       Genetik : misalnya sickle cell disease
b.      Umur : ada kecenderungan penyakit menyerang umur tertentu
c.       Jenis kelamin (gender) : ditemukan penyakit yang terjadi lebih banyak atau hanya mungkin pada wanita
d.      Suku/ras/warna kulit : dapat ditemukan perbedaan antara ras kulit putih (white) dengan orang kulit hitam (black) di Amerika.
e.       Keadaan fisiologi tubuh : kelelahan, kehamilan, pubertas, stres, keadaan gizi
f.       Keadaan imunologis : kekebalan yang diperoleh karena adanya infeksi sebelumnya, memperoleh antibodi dari ibu, atau pemberian kekebalan buatan (vaksinasi)
g.      Tingkah laku (behavior) : gaya hidup (life style), personal hygiene, hubungan antar pribadi, dan rekreasi.



2.        Faktor agen
            Agen (faktor penyebab) adalah suatu unsur, organisme hidup atau kuman infektif yang dapat menyebabkan terjadinya suatu penyakit. Pada beberapa penyakit agen ini adalah sendiri (single), misalnya pada penyakit-penyakit infeksi, sedangkan pada penyakit yang lain bisa terdiri dari beberapa agen yang bekerjasama misalnya pada penyakit kanker. Agen dapat berupa unsur biologis, unsur nutrisi, unsur kimiawi dan unsur fisika. Faktor agen adalah :
a.       Faktor nutrisi (gizi) : bisa dalam bentuk kelebihan gizi misalnyua tinggi kadar kolesterol, atau kekurangan gizi baik lemak, protein dan vitamin
b.      Penyebab kimiawi : misalnya zat-zat beracun (karbon monoksida), asbes, cobalt, atau zat alergen.
c.       Penyebab fisik : misalnya radiasi dan trauma mekanik (pukulan, tabrakan)
d.      Penyebab biologis :
1)        Metazoa : Cacing Tambang, Cacing Gelang, Schistosomiasis
2)        Protozoa : Amoeba, Malaria
3)        Bakteri : Sifilis, Typhoid, Pneumonia, Tuberculosis
4)        Fungi (jamur) : Histoplasmosis, Taenia Pedis
5)        Rickettsia : Rocky Mountain Spotted Fever
6)        Virus : Campak, Cacar (Smallfox), Poliomyelitis
            Konsep faktor agen ini secara klasik memang hanya mendefinisikan sebagai organisme hidup atau kuman infektif yang dapat menyebabkan penyakit. Pengertian agen ini tentunya hanya sebatas penyebab untuk penyakit infeksi. Dalam pengertian klinik faktor agen ini sama penggunaannya dengan isitlah etiologi. Dari segi epidemiologi terjadi perkembangan konsep faktor agen ini dengan mempergunakan terminologi faktor resiko (risk factor). Istilah faktor resiko mencakup seluruh faktor yang dapat memberikan kemungkinan yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit. Di dalamnya termasuk faktor gaya hidup dan bukan mikroorganisme saja seperti gangguan gizi, ekonomi (kemiskinan) dan lain-lain. Selain itu penggunaan faktor resiko ini juga tidak hanya dipakai dalam hal penyakit sebagai outcome atau akibatnya, tetapi mencakup kematian dan seluruh masalah kesehatan yang sedang diamati. Contoh faktor resiko yang bersifat tingkah laku tidak sehat (unhealthy behavior) adalah : minum alkohol, menggunakan marijuana/cocain (drug abuse), merokok, bertengkar fisik (physical fight), tidak menggunakan tali pengaman (seat belt) dalam mengendarai mobil, kurang olahraga (kurang dari 3 kali seminggu), kurang mengkonsumsi buah/sayuran, dan sexual intercourse prakawin.


3.        Faktor lingkungan
            Lingkungan adalah semua faktor luar dari suatu individu yang dapat berupa lingkungan fisik, biologis dan sosial. Faktor lingkungan meliputi :
a.       Lingkungan fisik : geologi, iklim dan geografi
b.      Lingkungan biologis : misalnya kepadatan penduduk, flora (sebagai sumber bahan makanan) dan fauna (sebagai sumber protein).
c.       Lingkungan sosial : berupa migrasi/urbanisasi, lingkungan kerja, keadaan perumahan, keadaan sosial masyarakat (kekacauan, bencana alam, perang, banjir).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar