Sabtu, 25 Oktober 2025

Soal TWK CPNS Materi : Implementasi Nasionalisme dalam Kehidupan Sehari-hari

 Soal TWK CPNS Materi : Implementasi Nasionalisme dalam Kehidupan Sehari-hari


1. Di sebuah kelurahan, pemerintah daerah menggalakkan program “Belanja Lokal untuk Kemandirian” yang memberi insentif pajak kepada usaha mikro yang menggunakan bahan baku dan tenaga kerja lokal. Namun, sekelompok warga muda menentangnya karena produk impor lebih murah dan bergaya internasional sehingga mereka khawatir pendapatan keluarga akan turun jika beralih ke produk lokal. Sebagai aparat kecamatan yang ingin menumbuhkan nasionalisme inklusif tanpa merugikan kesejahteraan warga, langkah paling tepat yang menunjukkan penerapan nasionalisme secara strategis adalah...

A. Memaksakan pemakaian produk lokal dengan sanksi administratif agar masyarakat terpaksa membeli produk lokal.

B. Menyusun program pelatihan untuk UMKM agar produk lokal memenuhi standar desain dan harga kompetitif, serta kampanye literasi konsumen tentang manfaat ekonomi lokal.

C. Menghentikan program insentif dan mengembalikan kebijakan pasar bebas agar warga bebas memilih impor demi kesejahteraan sementara.

D. Mengadakan pasar malam yang menampilkan produk lokal dan mengharuskan setiap keluarga membeli minimal satu produk lokal per bulan.

E. Membagi-bagikan subsidi tunai kepada keluarga yang menolak beralih agar mereka tetap bisa membeli produk impor favoritnya.


Pembahasan

A (SALAH): Memaksakan (coercion) bertentangan dengan prinsip nasionalisme inklusif dan kebebasan ekonomi; berisiko memicu resistensi sosial dan melanggar etika pemerintah.

B (BENAR): Pendekatan ini menggabungkan penguatan kapasitas (supply-side) UMKM—meningkatkan kualitas desain, efisiensi, dan daya saing—dengan edukasi konsumen (demand-side) sehingga pilihan menggunakan produk lokal jadi rasional, bukan dipaksa. Ini sesuai nasionalisme yang progressif: memperkuat kemandirian ekonomi tanpa mengorbankan kesejahteraan individu. (Strategi pendidikan karakter & pemberdayaan ekonomi).

C (SALAH): Menghentikan kebijakan sama dengan menyerah pada pasar internasional; merugikan tujuan kemandirian nasional jangka panjang.

D (SALAH): Pasar malam bisa membantu pemasaran tetapi memaksa pembelian melanggar kebebasan individu dan tidak menyelesaikan masalah daya saing produk.

E (SALAH): Subsidi untuk mempertahankan konsumsi impor adalah pendekatan kontra-produktif yang melemahkan UMKM dan nilai nasionalisme ekonomi.

Kunci: B



2. Di sebuah sekolah menengah, guru IPS menemukan beberapa siswa merendahkan bahasa daerah teman mereka dan sering mengejek pakaian adat pada acara sekolah. Sekolah ingin menumbuhkan nasionalisme yang menghargai keberagaman. Intervensi kebijakan sekolah yang paling sesuai dengan prinsip nasionalisme inklusif, efektif jangka panjang, dan berlandaskan pendidikan karakter adalah...

A. Menghukum siswa yang mengejek dengan skorsing untuk memberi efek jera.

B. Menetapkan mata pelajaran wajib “Studi Multikultural dan Pancasila” yang berisi projek kolaboratif lintas suku/daerah dan refleksi nilai, serta pelibatan tokoh budaya lokal.

C. Melarang penampilan budaya daerah di sekolah agar tidak menjadi sumber ejekan.

D. Mengizinkan siswa yang merasa dierendahkan pindah kelas untuk menghindari konflik.

E. Mengundang aparat kepolisian untuk memberi ceramah tentang hukum penghinaan budaya agar takut melakukan ejekan.


Pembahasan

A (SALAH): Hukuman tanpa pendidikan berisiko menimbulkan resentimen dan tidak menginternalisasi nilai. Hukuman efektif bila disertai pembelajaran.

B (BENAR): Kurikulum yang menggabungkan projek kolaboratif, pengalaman langsung, dan refleksi mendorong internalisasi nilai nasionalisme inklusif (menghargai Bhinneka Tunggal Ika)—memfasilitasi pemahaman, empati, dan penghargaan terhadap budaya lain. Pelibatan tokoh lokal memberi keteladanan. Ini sejalan dengan penguatan pendidikan karakter berbasis Pancasila.

C (SALAH): Melarang budaya justru menghapus kesempatan pendidikan dan melanggar hak berekspresi budaya; kontraproduktif.

D (SALAH): Memindahkan korban bukan solusi struktural—mengalihkan masalah, bukan memperbaiki perilaku.

E (SALAH): Pendekatan hukum bisa menimbulkan efek jera sementara tapi tidak membangun pemahaman dan empati; lebih baik sebagai opsi terakhir setelah pendidikan.

Kunci: B


3. Sebuah kampanye media sosial bertujuan mempromosikan pariwisata lokal (nasionalisme budaya) tetapi beberapa konten tak sengaja memunculkan stereotip dan memicu sengketa antar-komunitas adat. Anda sebagai analis kebijakan pemerintahan daerah harus merekomendasikan kerangka evaluasi untuk mengukur apakah kampanye tersebut mempromosikan nasionalisme yang sehat atau justru memecah belah. Kerangka yang paling lengkap dan tepat terdiri dari indikator-indikator berikut, kecuali:

A. Tingkat peningkatan ekonomi lokal (pendapatan UMKM) dan jumlah wisatawan yang datang.

B. Perubahan persepsi publik terhadap budaya lokal yang diukur melalui survei sikap (respek vs stereotip).

C. Jumlah komentar negatif di media sosial sebagai satu-satunya tolok ukur sentimen (lebih banyak = kampanye gagal).

D. Frekuensi partisipasi komunitas adat dalam perencanaan dan produksi konten kampanye.

E. Kejadian insiden sosial/konflik pasca-kampanye dan efektivitas mekanisme resolusi konflik.


Pembahasan

Kunci soal meminta pilihan yang TIDAK termasuk kerangka evaluasi yang lengkap dan tepat.

A (SALAH): Data ekonomi relevan untuk menilai manfaat materiil kampanye. Termasuk.

B (SALAH): Survei sikap penting untuk mengukur persepsi yang subtantif. Termasuk.

C (BENAR—pilihan kecuali): Mengandalkan hanya jumlah komentar negatif sebagai satu-satunya tolok ukur sentimen adalah tidak memadai: komentar bisa termanipulasi (bot), tidak representatif, dan tidak memberi konteks. Komentar harus dianalisis kualitatif kuantitatif bersama indikator lain. Jadi C adalah jawaban yang tepat (indikator yang tidak lengkap).

D (SALAH): Partisipasi komunitas adat menandakan inklusivitas—indikator penting. Termasuk.

E (SALAH): Kejadian konflik dan mekanisme resolusi menunjukkan dampak sosial nyata—indikator penting. Termasuk.

Kunci: C


4. Dalam upaya memperkuat rasa nasionalisme, sebuah kementerian meluncurkan program wajib “Bela Negara untuk Generasi Muda” yang menggabungkan simulasi kesiapsiagaan bencana, pelatihan Pancasila, dan kegiatan bakti sosial. Namun muncul kritik bahwa program tersebut dipolitisasi oleh partai tertentu. Sebagai perancang kurikulum, opsi terbaik untuk meminimalkan politisasi sambil memaksimalkan pembentukan nilai kebangsaan adalah:

A. Menetapkan kurikulum dan materi pelatihan yang disusun bersama berbagai stakeholder (pemerintah, akademisi, LSM, tokoh masyarakat) dengan prinsip non-partisan dan transparansi, serta mekanisme umpan balik publik.

B. Menghapus semua materi sejarah politik dan mengganti dengan latihan fisik saja agar tidak dianggap politik.

C. Menjalankan program di bawah naungan partai yang berkuasa agar implementasi lebih cepat dan terstruktur.

D. Membatasi peserta hanya yang setuju dengan ideologi pemerintah saat ini untuk memastikan keseragaman nilai.

E. Mengganti kegiatan dengan matriks penilaian yang sepenuhnya bersifat rahasia sehingga tidak ada yang tahu prosesnya.


Pembahasan

A (BENAR): Penyusunan bersama multi-stakeholder meningkatkan legitimasi, mengurangi klaim politisasi, dan meneguhkan prinsip non-partisan. Transparansi dan umpan balik publik meningkatkan akuntabilitas dan penerimaan. Ini selaras dengan praktik penguatan wawasan kebangsaan lembaga negara seperti rekomendasi Lemhannas/Kemendikbud.

B (SALAH): Menghapus materi sejarah politik menghilangkan pemahaman kritis tentang negara; latihan fisik tidak membentuk wawasan kebangsaan yang mendalam.

C (SALAH): Menjalankan program oleh partai justru memperkuat politisasi.

D (SALAH): Seleksi ideologi bertentangan dengan prinsip negara demokratis dan inklusif; mengancam persatuan.

E (SALAH): Kerahasiaan total menurunkan akuntabilitas dan menumbuhkan kecurigaan politisasi.

Kunci: A


5. Sebuah perusahaan BUMN besar mendapati bahwa produktivitas karyawan turun karena konflik nilai: sebagian karyawan menolak memproduksi barang tertentu karena dianggap bertentangan dengan nilai budaya lokal tertentu, sementara permintaan pasar tinggi dan berkontribusi pada pendapatan nasional. Manajer HR ingin menerapkan kebijakan yang menghormati nilai budaya namun tetap menjaga tanggung jawab terhadap negara dan pemangku kepentingan. Kebijakan perusahaan yang paling tepat adalah:

A. Memaksakan agar semua karyawan tetap memproduksi barang tersebut karena kepentingan ekonomi nasional di atas nilai budaya lokal.

B. Menyusun kebijakan kerja yang fleksibel: menawarkan penempatan alternatif bagi karyawan yang keberatan secara budaya, melakukan dialog lintas budaya untuk mencari solusi desain produk yang menghormati nilai lokal, dan program CSR yang memberi kompensasi komunitas terdampak.

C. Menghentikan produksi barang tersebut sepenuhnya untuk menghindari konflik nilai.

D. Menyembunyikan fakta keberatan karyawan dan melanjutkan produksi agar pemegang saham tidak panik.

E. Mem-PHK karyawan yang menolak sebagai upaya efisiensi dan penegakan disiplin.


Pembahasan

A (SALAH): Mengabaikan nilai budaya berisiko merusak hubungan sosial dan reputasi BUMN sebagai agen pembangunan yang bertanggung jawab; jangka panjang merugikan legitimasi institusi.

B (BENAR): Pendekatan ini seimbang: menghormati kebebasan berkeyakinan karyawan (hak individu), memberi alternatif (akomodasi), membuka dialog untuk redesign produk agar sensitif budaya (inovasi), dan mengembalikan manfaat kepada komunitas lewat CSR (tanggung jawab sosial). Ini menunjukkan nasionalisme yang inklusif: mempertahankan kontribusi ekonomi negara sambil menghormati kebudayaan.

C (SALAH): Menghentikan produksi dapat mengorbankan kepentingan nasional dan karyawan secara luas tanpa upaya penyesuaian.

D (SALAH): Penyembunyian merusak etika dan dapat menimbulkan kebocoran reputasi serius.

E (SALAH): PHK represif melanggar hak-hak pekerja dan berpotensi memicu konflik sosial; bukan solusi kebangsaan.

Kunci: B

Materi TWK CPNS : IMPLEMENTASI NASIONALISME DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

 📘 Materi TWK CPNS : IMPLEMENTASI NASIONALISME DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI.

Penulis: Manotar Sinaga M.Kes


1. Pengertian dan Hakikat Nasionalisme

a. Secara Etimologis

Kata nasionalisme berasal dari kata nation (bangsa) dan akhiran -isme (paham).

Dengan demikian, nasionalisme berarti paham yang menekankan kesetiaan tertinggi seseorang terhadap bangsa dan negaranya.


b. Secara Terminologis

Berbagai ahli memberikan definisi berbeda:

Ernest Renan (1882): Nasionalisme adalah kehendak untuk hidup bersama dan memiliki warisan masa lalu yang sama serta keinginan untuk melanjutkan kehidupan bersama di masa depan.


Hans Kohn (1955): Nasionalisme merupakan suatu bentuk kesadaran sosial yang menempatkan bangsa sebagai pusat kesetiaan individu dan menjadi sumber legitimasi politik.


Soekarno (1945): Nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme yang berjiwa kemanusiaan universal, bukan chauvinisme yang menindas bangsa lain.


Kaelan (2013): Nasionalisme merupakan semangat cinta tanah air yang dilandasi kesadaran akan persatuan dan kesamaan nasib serta cita-cita untuk mencapai kesejahteraan bersama.


➡️ Kesimpulan:

Nasionalisme adalah semangat, sikap, dan tindakan mencintai bangsa dan negara dengan menempatkan kepentingan nasional di atas kepentingan pribadi atau golongan, dalam bingkai persatuan dan kemanusiaan.


2. Landasan Ideologis Nasionalisme di Indonesia

Nasionalisme Indonesia bukan hasil imitasi dari Barat, tetapi tumbuh dari nilai-nilai luhur bangsa yang sudah ada sejak masa perjuangan kemerdekaan.

a. Pancasila

Sila ke-3: Persatuan Indonesia menjadi landasan utama semangat kebangsaan.

→ Mengandung makna menjaga keutuhan dan kedaulatan NKRI dengan semangat kebinekaan.


b. Pembukaan UUD 1945

Alinea ke-4 menyebut tujuan negara:

“Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.”

Ini menegaskan nasionalisme sebagai kewajiban konstitusional.


c. Sumpah Pemuda (1928)

Menyatukan tiga elemen: satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa persatuan.

Ini menjadi simbol nasionalisme modern Indonesia.


d. Bhinneka Tunggal Ika

Mengajarkan nasionalisme yang inklusif dan toleran.

Nasionalisme Indonesia bukan eksklusif etnis, tetapi mengakui keberagaman.


3. Ciri dan Nilai-Nilai Nasionalisme

Menurut Samodra Wibawa (2018) dan Kaelan (2013), nasionalisme memiliki ciri dan nilai utama:


Aspek Nilai dan Ciri Nasionalisme Indonesia

a. Ideologis : Berlandaskan Pancasila, bukan ras atau agama tertentu.

b. Moralitas : Menghargai kemanusiaan dan keadilan sosial.

c. Sosial Gotong royong, solidaritas, dan empati sosial : Kultural Bangga terhadap bahasa, budaya, dan sejarah bangsa.

d. Politik : Menjaga kedaulatan dan integritas wilayah NKRI.


4. Tujuan Nasionalisme

Menurut Kohn (1955) dan Darmadi (2019), tujuan utama nasionalisme adalah:

1. Menumbuhkan semangat persatuan dan kesetiaan terhadap negara.

2. Menegakkan kedaulatan bangsa dan negara dari ancaman internal dan eksternal.

3. Mendorong pembangunan dan kesejahteraan nasional.

4. Membentuk identitas nasional yang kuat di tengah arus globalisasi.

5. Menjaga keberlanjutan nilai-nilai luhur bangsa dalam kehidupan modern.



5. Implementasi Nasionalisme dalam Kehidupan Sehari-Hari

Nasionalisme tidak hanya dimanifestasikan dalam perang atau politik, tetapi dalam tindakan nyata sehari-hari.

Berikut penjabaran implementasinya menurut bidang:

🏫 A. Bidang Pendidikan

1. Mengikuti upacara bendera dengan penuh hormat.

2. Menyanyikan lagu kebangsaan dengan semangat.

3. Mempelajari sejarah perjuangan bangsa.

4. Menghargai guru dan sesama siswa tanpa memandang suku atau agama.

5. Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar sebagai bahasa persatuan.


👨‍👩‍👧‍👦 B. Bidang Sosial dan Budaya

1. Menjaga kerukunan antarumat beragama.

2. Ikut serta dalam kegiatan gotong royong di lingkungan sekitar.

3. Melestarikan adat dan budaya daerah.

4. Tidak merendahkan budaya daerah lain.

5. Menghargai perbedaan pandangan dan suku bangsa.


💼 C. Bidang Ekonomi

1. Mengutamakan penggunaan produk dalam negeri (Gerakan Cinta Produk Indonesia).

2. Menumbuhkan jiwa kewirausahaan nasional.

3. Membayar pajak dengan jujur sebagai wujud kontribusi kepada negara.

4. Mendorong kemajuan UMKM lokal.

5. Menolak praktik ekonomi yang merugikan bangsa seperti korupsi dan monopoli.


🌿 D. Bidang Lingkungan dan Sosial Kemasyarakatan

1. Menjaga kebersihan lingkungan sebagai bentuk tanggung jawab sosial.

2. Turut serta dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan.

3. Mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi.

4. Menjaga fasilitas umum dengan baik.

5. Membangun kesadaran bersama terhadap kelestarian alam Indonesia.


💻 E. Bidang Teknologi dan Media Digital

1. Menggunakan media sosial untuk menyebarkan konten positif dan edukatif.

2. Tidak menyebarkan hoaks atau ujaran kebencian.

3. Menyaring informasi yang dapat memecah belah persatuan bangsa.

4. Mempromosikan budaya dan pariwisata Indonesia di dunia digital.

5. Menjaga etika digital sebagai cerminan moral warga negara.


🪖 F. Bidang Pertahanan dan Bela Negara

1. Menjadi warga negara yang taat hukum.

2. Siap membela NKRI dari ancaman disintegrasi.

3. Menjadi relawan dalam kegiatan kemanusiaan atau bencana nasional.

4. Berpartisipasi dalam program bela negara.

5. Menolak ideologi yang bertentangan dengan Pancasila.



6. Faktor Pendukung Penguatan Nasionalisme

Menurut Nugroho (2021) dan Lemhannas RI (2021):

1. Pendidikan karakter berbasis Pancasila dan kewarganegaraan.

2. Keteladanan pemimpin yang nasionalis dan berintegritas.

3. Keadilan sosial dan pemerataan ekonomi.

4. Pemanfaatan teknologi untuk memperkuat rasa kebangsaan.

5. Penghargaan terhadap prestasi nasional dan budaya lokal.



7. Tantangan Nasionalisme di Era Globalisasi


Menurut Darmadi (2019), tantangan modern terhadap nasionalisme di Indonesia meliputi:

1. Globalisasi budaya dan ekonomi → menurunkan kecintaan terhadap produk lokal.

2. Radikalisme dan intoleransi → mengancam persatuan.

3. Disinformasi digital → menumbuhkan kebencian dan polarisasi.

4. Hedonisme dan individualisme → menurunkan semangat gotong royong.

5. Menurunnya literasi sejarah bangsa.


8. Strategi Penguatan Nasionalisme

Untuk mengatasi tantangan di atas, perlu dilakukan strategi konkret:

a. Pendidikan Wawasan Kebangsaan Menanamkan nilai Pancasila dan nasionalisme sejak dini di sekolah dan perguruan tinggi.

b. Keteladanan ASN dan Pemimpin Publik Menjadi panutan dalam perilaku jujur, disiplin, dan cinta tanah air.

c. Revitalisasi Gotong Royong Menghidupkan kembali budaya kerja sama dalam masyarakat.

d. Penguatan Literasi Digital Meningkatkan kemampuan kritis terhadap informasi di media sosial.

e. Apresiasi Budaya dan Sejarah Nasional Mempromosikan warisan budaya dan tokoh nasional melalui media kreatif.


9. Kesimpulan

Implementasi nasionalisme dalam kehidupan sehari-hari tidak hanya bersifat simbolik seperti upacara bendera, tetapi juga menyangkut nilai moral, sosial, ekonomi, budaya, dan digital.

Dalam era globalisasi, nasionalisme Indonesia harus bersifat inklusif, adaptif, dan berorientasi pada kemajuan bangsa tanpa kehilangan jati diri.


📚 DAFTAR REFERENSI

1. Kaelan. (2013). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.

2. Kohn, Hans. (1955). Nationalism: Its Meaning and History. New York: Van Nostrand.

3. Renan, Ernest. (1882). What is a Nation? Lecture at the Sorbonne, Paris.

4. Soekarno. (1945). Pidato Lahirnya Pancasila. BPUPKI.

5. Samodra Wibawa, A. (2018). Nasionalisme dan Identitas Kebangsaan di Era Globalisasi. Jakarta: Rajawali Pers.

6. Darmadi, H. (2019). Pendidikan Karakter dan Nasionalisme di Era Globalisasi. Bandung: Alfabeta.

7. Nugroho, Y. (2021). “Penguatan Nasionalisme di Era Digital.” Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 11(2), 155–170.

8. Lemhannas RI. (2021). Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara di Era 4.0.

9. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). (2020). Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Pancasila.

10. Suryadinata, Leo. (2017). Bhinneka Tunggal Ika dan Tantangan Nasionalisme di Indonesia Modern. Singapore: ISEAS Publishing.

Komunikasi Interpersonal, dilengkapi contoh soal SKB CPNS

 Komunikasi Interpersonal, dilengkapi contoh soal SKB CPNS

Penulis : Manotar Sinaga M.Kes


Komunikasi Interpersonal merupakan salah materi SKB pada ujian CPNS pada tahun 2024. Berikut adalah formasi jabatan yang mencantumkan materi komunikasi interpersonal sebagai materi ujian nya

1. Epidemiolog Kesehatan Ahli Pertama : Komunikasi interpersonal 

2. Penyuluh KB Ahli Pertama : Advokasi, KIE dan Komunikasi interpersonal 

3.Petugas Lapangan KB Terampil : Advokasi dan Komunikasi interpersonal 

4. Pranata Hubungan Masyarakat Ahli Pertama : Komunikasi interpersonal 

5. Pranata Hubungan Masyarakat Terampil : Komunikasi interpersonal 


Untuk lebih mendalami materi komunikasi interpersonal dan contoh soal SKB CPNS terkait materi ini mari kita simak penjelasan berikut ini. Selamat belajar. 


A. Pengertian Komunikasi Interpersonal 

Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi, ide, dan perasaan antara dua orang atau lebih, yang telah bisa terjadi secara langsung (tatap muka) maupun tidak. Proses ini melibatkan interaksi verbal dan non-verbal dengan tujuan membangun pemahaman, hubungan, dan memberikan umpan balik segera. 



B. Ciri ciri komunikasi interpersonal 

1. Melibatkan dua orang atau lebih: Melibatkan partisipan dalam suatu interaksi. 

2. Umpan balik segera: Komunikator dapat langsung mengetahui tanggapan penerima pesan, baik positif maupun negatif. 

3. Interaksi tatap muka (opsional): Bisa terjadi secara langsung maupun tidak, tetapi paling efektif saat tatap muka karena memungkinkan tanggapan verbal dan non-verbal langsung. 

4. Sifat dialogis: Arus komunikasi berjalan dua arah secara langsung. 

5. Kontekstual: Dipengaruhi oleh konteks seperti keluarga, teman, atau lingkungan kerja. 

6. Bisa formal atau informal: Terjadi baik dalam situasi formal maupun informal. 



C. Komponen komunikasi interpersonal Komponen komunikasi interpersonal meliputi pengirim, penerima, pesan, saluran, umpan balik, konteks, dan gangguan (noise). Komponen ini bekerja sama untuk menciptakan pertukaran informasi, di mana pengirim membuat pesan yang disampaikan melalui saluran tertentu kepada penerima, yang kemudian memberikan umpan balik. Gangguan dapat mengganggu proses ini, sedangkan konteks memberikan latar belakang bagi interaksi. 


Komponen Utama

1. Pengirim (Sender): Orang yang memulai komunikasi dengan menciptakan dan menyampaikan pesan. 

2. Penerima (Receiver): Orang yang menerima dan menafsirkan pesan yang disampaikan oleh pengirim. 

3. Pesan (Message): Isi dari komunikasi, yang bisa berupa verbal (kata-kata) atau nonverbal (gerakan tubuh, ekspresi wajah, nada suara). 

4. Saluran (Channel): Media atau cara pesan disampaikan, seperti percakapan tatap muka, telepon, email, atau pesan teks. 

5. Umpan Balik (Feedback): Respons dari penerima yang menunjukkan apakah pesan telah dipahami. Ini bisa berupa verbal atau nonverbal. 

6. Konteks (Context): Lingkungan fisik, sosial, dan emosional tempat komunikasi berlangsung. Konteks memengaruhi cara pesan ditafsirkan. 

7. Gangguan (Noise): Faktor apa pun yang mengganggu jalannya komunikasi. Gangguan dapat bersifat eksternal (misalnya, suara bising), internal (misalnya, stres), atau semantik (misalnya, kesalahpahaman makna kata). 


Komponen Tambahan

1. Encoding Encoding dan Decoding: adalah proses merumuskan pesan (mengubah pikiran menjadi simbol seperti kata-kata), dan decoding adalah proses menafsirkan pesan yang diterima. Kedua hal ini dilakukan oleh setiap partisipan. 

2. Etika: Aspek moral yang berkaitan dengan apa yang dikatakan dan dilakukan selama komunikasi. 

3. Bidang Pengalaman: Latar belakang, budaya, dan pengalaman pribadi yang dibawa oleh setiap individu ke dalam interaksi komunikasi. 



D. Prinsip komunikasi interpersonal yang efektif 

Prinsip komunikasi interpersonal yang efektif mencakup menghormati, berempati, dan bersikap jelas (REACH), serta membangun keakraban, mendengarkan secara aktif, dan mengelola emosi. Prinsip-prinsip ini membantu membangun hubungan yang saling percaya dan suportif, memastikan pesan tersampaikan dengan benar, dan menjaga interaksi tetap lancar. 


Prinsip-prinsip utama

1. Menghormati (Respect): Sikap saling menghormati adalah fondasi komunikasi interpersonal yang efektif, menciptakan suasana yang nyaman dan setara.

2. Empati (Empathy): Kemampuan untuk memahami dan merasakan apa yang dirasakan orang lain sangat penting untuk membangun koneksi yang lebih dalam.

3. Jelas (Clarity): Pastikan pesan yang Anda sampaikan mudah dipahami, tidak ambigu, dan sesuai dengan konteksnya.

4. Dapat Didengar (Audible): Berbicara dengan jelas dan pada volume yang sesuai agar pesan Anda terdengar oleh lawan bicara.

5. Rendah Hati (Humble): Tetap rendah hati dan terbuka terhadap perspektif orang lain, bahkan jika Anda tidak setuju. 


Prinsip tambahan

1. Membangun keakraban: Ciptakan suasana yang nyaman melalui obrolan pembuka, mencari kesamaan, dan menunjukkan sikap yang baik.

2. Mendengarkan secara aktif dan berbicara: Pastikan ada keseimbangan antara mendengarkan dan berbicara, sehingga kedua belah pihak merasa didengarkan dan dihargai.

3. Mengelola emosi: Kelola emosi Anda sendiri dan berikan ruang bagi orang lain untuk mengelola emosinya agar komunikasi tetap rasional dan lancar.

4. Sikap suportif: Berikan dukungan positif untuk menciptakan hubungan yang kuat dan saling mendukung.



E. Tehnik komunikasi interpersonal 

Teknik komunikasi interpersonal meliputi mendengarkan aktif, berbicara jelas, menunjukkan empati, memahami isyarat non-verbal (bahasa tubuh, ekspresi wajah, intonasi), serta melakukan penyesuaian komunikasi sesuai situasi. Keterampilan ini membantu membangun pemahaman yang lebih baik, hubungan yang lebih kuat, dan penyelesaian konflik yang efektif. 


Teknik-teknik komunikasi interpersonal

1. Mendengarkan aktif: Berikan perhatian penuh saat orang lain berbicara, pahami apa yang mereka katakan, dan tunjukkan minat serta empati. Ajukan pertanyaan klarifikasi untuk menghindari kesalahpahaman. 

2. Berbicara dengan jelas: Sampaikan pesan secara terstruktur, menggunakan kata-kata yang tepat dan intonasi yang sesuai agar tidak menimbulkan ambiguitas. 

3. Empati: Coba posisikan diri Anda dalam situasi orang lain untuk memahami perspektif mereka. Ini membantu membangun kepercayaan dan hubungan yang lebih dalam. 

4. Memahami isyarat non-verbal: Perhatikan bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan nada suara karena seringkali memberikan sinyal yang kuat tentang perasaan dan niat seseorang. 

5. Penyesuaian komunikasi: Sesuaikan gaya komunikasi Anda dengan lawan bicara. Misalnya, menggunakan bahasa yang lebih formal untuk situasi profesional atau lebih santai untuk teman dekat. 

6. Membangun kepercayaan: Bersikap ramah, rendah hati, dan tulus akan membuat orang lain merasa nyaman untuk berkomunikasi dan bekerja sama dengan Anda. 

7. Memecahkan konflik: Hadapi konflik secara konstruktif dengan fokus pada solusi, bukan menyalahkan. Dengarkan kedua belah pihak dan cari jalan tengah yang saling menguntungkan. 

8. Memberi umpan balik: Mintalah dan berikan umpan balik secara teratur. Ini adalah cara penting untuk memastikan pemahaman bersama dan meningkatkan kualitas komunikasi di masa depan. 



F. Manfaat komunikasi interpersonal

1. Membangun hubungan: Membantu membangun dan memperkuat hubungan sosial maupun profesional. 

2. Meningkatkan pemahaman: Memastikan adanya pemahaman yang sama antara pihak-pihak yang berkomunikasi. 

3. Memecahkan masalah: Memungkinkan pencarian solusi bersama melalui dialog dan diskusi. 

4. Meningkatkan kecerdasan emosional: Melatih empati, memahami perasaan orang lain, dan menavigasi situasi sosial yang kompleks. 



G. Penerapan komunikasi interpersonal 

Menerapkan komunikasi antar pribadi melibatkan membangun suasana yang nyaman, saling mendengarkan dan berbicara secara aktif, serta mengelola konflik dengan baik. Ini dilakukan dengan cara bersikap terbuka, percaya, empati, dan menghargai lawan bicara, baik melalui percakapan verbal maupun nonverbal. Tujuannya adalah untuk membangun hubungan yang sehat, harmonis, dan efektif. 


Prinsip dan praktik kunci

1. Bangun keakraban: Mulailah percakapan dengan obrolan pembuka yang nyaman dan cari kesamaan untuk menciptakan suasana yang akrab. 

2. Saling mendengarkan dan berbicara: Berikan perhatian penuh saat orang lain berbicara, dan sampaikan pikiran serta perasaan Anda dengan jelas dan jujur. 

3. Berkomunikasi secara terbuka dan jujur: Hindari menyembunyikan pikiran dan perasaan. Keterbukaan menciptakan kepercayaan dan membuat komunikasi lebih efektif. 

4. Tunjukkan empati: Berusaha memahami perspektif dan perasaan lawan bicara Anda untuk membangun hubungan yang lebih kuat dan saling memahami. 

5. Kelola konflik secara konstruktif: Fokus pada mencari solusi bersama daripada menambah masalah. Selesaikan konflik dengan memberikan dukungan, bukan dengan mengecilkan lawan bicara. 

6. Perhatikan komunikasi nonverbal: Bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan nada suara dapat menyampaikan pesan yang kuat. Perhatikan sinyal nonverbal Anda dan orang lain. 

7. Jaga kesetaraan peran: Pastikan kedua belah pihak memiliki kesempatan yang sama untuk berbicara dan didengarkan tanpa merasa ada satu pihak yang mendominasi. 


Contoh penerapan

1. Dalam keluarga, seperti percakapan santai atau memberikan nasihat kepada anak. 

2. Dalam hubungan pertemanan, seperti berbagi cerita dan saling memberikan dukungan. 

3. Di lingkungan kerja, seperti rapat koordinasi antar rekan kerja untuk memecahkan masalah atau berbagi informasi. 



H. Pentingnya ASN memahami komunikasi interpersonal 

Pentingnya ASN memahami komunikasi interpersonal karena dapat meningkatkan kinerja, membangun hubungan kerja yang positif, dan meningkatkan kualitas pelayanan publik. Komunikasi yang efektif membantu ASN mencapai tujuan organisasi, mencegah kesalahpahaman dan konflik, serta membangun kepercayaan dengan masyarakat. 

Manfaat utama bagi ASN:

a. Meningkatkan kinerja dan produktivitas: Komunikasi interpersonal yang baik memungkinkan kolaborasi dan koordinasi yang lebih efektif antar pegawai, sehingga dapat meningkatkan efisiensi kerja dan produktivitas secara keseluruhan. 

b. Membangun hubungan kerja yang sehat: Kemampuan interpersonal yang kuat membantu ASN menjalin hubungan yang baik dengan rekan kerja, atasan, dan bawahan. Ini menciptakan iklim kerja yang lebih terbuka, saling menghargai, dan suportif. 

c. Meningkatkan kualitas pelayanan publik: ASN adalah wajah pemerintah di mata masyarakat. Komunikasi yang baik, humanis, dan persuasif saat melayani, menjelaskan prosedur, atau menangani keluhan dapat meningkatkan kepuasan dan kepercayaan publik. 

d. Mengurangi konflik dan kesalahpahaman: Komunikasi yang tidak efektif dapat menimbulkan kesalahpahaman, konflik, dan keputusan yang kurang tepat. Memahami komunikasi interpersonal membantu ASN meminimalisir risiko tersebut. 

e. Membangun kepercayaan: Komunikasi yang efektif dan empati, baik verbal maupun nonverbal, penting untuk membangun kepercayaan, baik di dalam organisasi maupun dengan masyarakat. 

f. Memfasilitasi penyampaian informasi: Kemampuan ini penting untuk menyalurkan informasi, ide, dan gagasan dengan jelas dan mudah dipahami, mulai dari pimpinan hingga pelaksana, serta dari ASN kepada masyarakat. 


I. Soal SKB CPNS terkait komunikasi interpersonal 

1. Dalam sebuah instansi pemerintah, Kepala Subbagian menyampaikan instruksi perubahan jadwal rapat dan tugas tambahan melalui pesan grup WhatsApp kepada seluruh staf ASN. Namun, sebagian pegawai salah memahami isi pesan tersebut. Ada yang datang terlambat ke rapat, dan ada yang tidak menyiapkan laporan sebagaimana diminta. Akibatnya, koordinasi kerja menjadi tidak efektif dan target kinerja tidak tercapai tepat waktu.

Berdasarkan konsep komunikasi interpersonal yang efektif, langkah paling tepat yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya distorsi informasi dalam kasus tersebut adalah...

a. Mengirim ulang pesan dengan format yang sama agar seluruh staf membacanya kembali dengan teliti.

b. Menegur staf yang tidak memahami instruksi agar lebih disiplin membaca pesan dari pimpinan.

c. Menyampaikan ulang instruksi melalui surat edaran resmi agar pesan bersifat formal dan tertulis.

d. Memastikan pemahaman staf melalui komunikasi dua arah dan umpan balik setelah pesan disampaikan.

e. Mengalihkan seluruh komunikasi kerja ke media tatap muka agar tidak terjadi salah tafsir pesan.


Pembahasan 

Masalah utama dalam kasus di atas adalah distorsi pesan (message distortion) — perbedaan makna antara pesan yang dikirim oleh pimpinan dengan pesan yang diterima oleh staf.

Agar pesan tersampaikan dengan benar, komunikasi interpersonal harus memenuhi lima prinsip utama, yaitu:

1. Kejelasan (Clarity) – Pesan tidak ambigu dan mudah dipahami.

2. Empati (Empathy) – Pengirim memperhatikan sudut pandang penerima.

3. Umpan balik (Feedback) – Pengirim memeriksa apakah pesan telah dipahami.

4. Kontekstual (Context) – Pesan disesuaikan dengan situasi dan penerima.

5. Media yang Tepat (Appropriate Channel) – Gunakan saluran yang sesuai dengan pentingnya pesan.


Pilihan (d) paling tepat karena menekankan komunikasi dua arah dan umpan balik (feedback) yang merupakan inti dari komunikasi interpersonal efektif.

Dengan umpan balik, pengirim dapat memastikan bahwa pesan benar-benar dimengerti oleh penerima.


Pilihan lainnya kurang tepat:

(a) Tidak menjamin pemahaman, hanya mengulang kesalahan yang sama.

(b) Menegur staf bukan solusi komunikasi interpersonal yang konstruktif.

(c) Surat edaran memang formal, tetapi tidak efektif untuk klarifikasi cepat.

(e) Komunikasi tatap muka baik, namun tidak realistis untuk semua pesan rutin.


Kunci Jawaban: (d)

“Memastikan pemahaman staf melalui komunikasi dua arah dan umpan balik setelah pesan disampaikan.”


Referensi:

1. DeVito, J. A. (2016). The Interpersonal Communication Book (14th ed.). Pearson Education.

2. Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2019). Organizational Behavior (18th ed.). Pearson.

3. Luthans, F. (2011). Organizational Behavior: An Evidence-Based Approach (12th ed.). McGraw-Hill.

4. Peraturan Menteri PANRB No. 7 Tahun 2021 tentang Core Values ASN BerAKHLAK, poin “Kolaboratif” – mendorong komunikasi terbuka dan saling menghargai.

5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) – ASN wajib memiliki kompetensi komunikasi efektif dalam pelaksanaan tugas.



2. Di sebuah instansi pemerintah, banyak ASN yang mengalami kesalahpahaman dalam pekerjaan karena kurang terampil dalam mendengarkan. Mereka seringkali tidak sepenuhnya memahami maksud dari rekan kerja atau atasan, yang mengarah pada kesalahan dalam pelaksanaan tugas atau timbulnya konflik. Sebagai seorang ASN yang sadar akan pentingnya komunikasi interpersonal, strategi komunikasi apa yang paling efektif untuk mengatasi masalah kurangnya keterampilan mendengarkan tersebut?

a) Mengabaikan umpan balik dari rekan kerja dan fokus pada pekerjaan individu.

b) Menerapkan teknik active listening dengan fokus penuh pada pembicara dan memberikan umpan balik yang jelas.

c) Menyela pembicara untuk memastikan pesan yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan Anda.

d) Menunggu untuk berbicara sampai pembicara selesai tanpa memberikan respons non-verbal apapun.

e) Meminta atasan atau rekan kerja untuk berbicara lebih cepat agar dapat menghemat waktu.


Pembahasan:

Active listening atau mendengarkan aktif merupakan keterampilan komunikasi yang melibatkan perhatian penuh pada pembicara, pemahaman pesan secara mendalam, serta memberikan umpan balik yang tepat. Dalam konteks ASN, kemampuan ini sangat penting untuk menghindari kesalahpahaman, kesalahan pekerjaan, dan konflik interpersonal.

Langkah-langkah dalam active listening yang dapat diterapkan adalah:

1). Memberikan perhatian penuh kepada pembicara, tanpa gangguan dari kegiatan lain.

2). Menggunakan umpan balik verbal dan non-verbal (seperti anggukan, kontak mata) untuk menunjukkan bahwa Anda memahami pesan.

3). Parafrase atau klarifikasi untuk memastikan bahwa pesan yang diterima benar-benar sesuai dengan maksud pembicara.

Dengan menerapkan teknik ini, ASN dapat menghindari kesalahpahaman, meningkatkan pemahaman, serta memperkuat hubungan kerja yang efektif.


Mengapa Jawaban Lain Tidak Tepat?

A: Mengabaikan umpan balik dari rekan kerja dapat menyebabkan kesalahpahaman dan memperburuk hubungan kerja.

C: Menyela pembicara justru mengganggu proses komunikasi dan mencegah pemahaman yang utuh.

D: Menunggu tanpa respons non-verbal akan membuat pembicara merasa tidak dihargai dan komunikasi menjadi kurang efektif.

E: Meminta pembicara untuk berbicara lebih cepat bertentangan dengan prinsip komunikasi yang efektif, yang membutuhkan pemahaman yang mendalam dan penuh perhatian terhadap pesan.



Kunci Jawaban:

B. Menerapkan teknik active listening dengan fokus penuh pada pembicara dan memberikan umpan balik yang jelas.


Referensi:

1. Devito, Joseph A. (2016). The Interpersonal Communication Book (14th ed.). Pearson Education.

2. Robbins, Stephen P., & Judge, Timothy A. (2019). Organizational Behavior (18th ed.). Pearson.

3. Effendy, Onong Uchjana. (2017). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

4. Liliweri, Alo. (2018). Komunikasi Antarpribadi. Bandung: Citra Aditya Bakti.



3. Dalam sebuah instansi pemerintahan, seorang ASN bernama Rina bertugas menyampaikan informasi perubahan jadwal pelayanan publik kepada seluruh pegawai di bidangnya. Karena kesibukan, ia memilih mengirimkan informasi hanya melalui grup WhatsApp kantor tanpa melakukan klarifikasi langsung kepada pegawai yang jarang aktif di grup. Akibatnya, beberapa pegawai tidak mengetahui perubahan jadwal dan pelayanan menjadi terhambat.

Rina beralasan bahwa ia sudah “menyampaikan pesan melalui media,” sehingga tanggung jawabnya dianggap selesai.

Sebagai ASN yang memahami pentingnya komunikasi interpersonal yang efektif, apa solusi yang paling tepat untuk mencegah masalah serupa berdasarkan konsep komunikasi interpersonal?

a. Tetap menggunakan pesan teks di grup, karena sudah menjadi kebiasaan umum dalam komunikasi kantor.

b. Menyampaikan pesan hanya kepada atasan agar diteruskan ke bawahannya.

c. Mengirim pesan melalui media apa pun tanpa perlu memastikan apakah pesan dipahami penerima.

d. Melengkapi komunikasi media dengan umpan balik langsung (feedback) dan klarifikasi personal untuk memastikan pesan diterima dan dipahami.

e. Menyalahkan penerima pesan yang tidak aktif sebagai bentuk tanggung jawab individu terhadap informasi.


Pembahasan:

Masalah utama dalam kasus ini bukan terletak pada media komunikasi, tetapi pada efektivitas interaksi interpersonal.

Dalam komunikasi interpersonal, keberhasilan komunikasi tidak hanya bergantung pada pengiriman pesan, tetapi juga pada pemahaman timbal balik antara pengirim dan penerima pesan (DeVito, 2016).

Kunci Jawaban: d.

Melengkapi komunikasi media dengan umpan balik langsung (feedback) dan klarifikasi personal untuk memastikan pesan diterima dan dipahami.


Analisis tiap opsi:

a. Salah.

Hanya mengandalkan pesan teks tidak menjamin komunikasi efektif, terutama bila penerima tidak aktif atau pesan tidak jelas.

b. Salah.

Menyampaikan pesan hanya melalui satu jalur hierarkis (atasan) menghambat keterbukaan dan dapat menimbulkan distorsi informasi.

c. Salah.

Komunikasi yang baik menuntut dua arah (two-way communication), bukan sekadar pengiriman pesan satu arah.

d. Benar.

Dalam konsep komunikasi interpersonal efektif, diperlukan feedback dan clarification agar terjadi pemahaman yang sama (shared understanding).

ASN harus menggunakan kombinasi media (tatap muka, pesan teks, rapat singkat) serta memastikan setiap pegawai benar-benar memahami isi informasi.

e. Salah.

Menyalahkan pihak lain menunjukkan komunikasi defensif, bukan solusi interpersonal yang konstruktif.


Konsep Teoritis yang Digunakan:

1. Model Komunikasi Interpersonal DeVito (2016):

Komunikasi interpersonal adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau lebih dengan tujuan membangun makna bersama.

Efektivitas komunikasi bergantung pada lima komponen utama: sumber, pesan, saluran/media, penerima, dan umpan balik (feedback).



2. Teori Komunikasi Dua Arah (Two-Way Symmetrical Communication – Grunig, 1992):

ASN perlu menggunakan komunikasi dua arah yang saling menghormati dan terbuka, sehingga setiap pihak dapat memberi dan menerima informasi secara efektif.



3. Prinsip Komunikasi Efektif ASN (Peraturan Menteri PANRB No. 7 Tahun 2021 tentang Core Values ASN “BerAKHLAK”):

Nilai Kolaboratif dan Adaptif menuntut ASN untuk memastikan pesan disampaikan dengan cara yang mudah dipahami dan menggunakan media komunikasi yang sesuai konteks.




Referensi:

DeVito, J. A. (2016). The Interpersonal Communication Book (14th ed.). Pearson Education.

Grunig, J. E., & Hunt, T. (1992). Excellence in Public Relations and Communication Management. Lawrence Erlbaum Associates.

Peraturan Menteri PANRB No. 7 Tahun 2021 tentang Nilai Dasar ASN “BerAKHLAK”.

Littlejohn, S. W., & Foss, K. A. (2011). Theories of Human Communication (10th ed.). Waveland Press.



4. Dalam sebuah unit layanan publik, manajer menemukan beberapa masalah berulang dalam interaksi antar-ASN: banyak pegawai cenderung memotong pembicaraan, jarang menunjukkan empati saat rekan mengungkapkan kendala kerja, dan umpan balik yang diberikan sering bersifat menyinggung atau samar sehingga rekan tidak tahu tindakan apa yang harus diperbaiki. Akibatnya suasana kerja menegang, kesalahan koordinasi meningkat, dan layanan publik menurun.

Berdasarkan konsep komunikasi interpersonal dan praktik peningkatan kompetensi komunikasi, manakah solusi yang paling tepat dan menyeluruh untuk mengatasi masalah di atas?

a. Mengingatkan pegawai lewat memo agar “lebih sopan” dan memberi sanksi kepada yang terus memotong pembicaraan.

b. Mengganti seluruh struktur tim agar orang yang bermasalah dipisahkan ke unit lain.

c. Menyelenggarakan program pelatihan singkat tentang etika kerja tanpa praktik komunikasi (hanya teori).

d. Melaksanakan program pengembangan keterampilan komunikasi interpersonal terstruktur: pelatihan mendengarkan aktif, latihan empati (role-play), latihan pemberian umpan balik konstruktif (menggunakan model konkret), dan sesi coaching/mentoring serta monitoring implementasi.

e. Mengandalkan pesan resmi satu arah dari pimpinan agar semua mengikuti prosedur komunikasi yang baru tanpa pelatihan tambahan.


Pembahasan

Masalah yang digambarkan — memotong pembicaraan, kurang empati, umpan balik yang tidak konstruktif — adalah kegagalan fungsi komunikasi interpersonal: bukan hanya isi pesan yang penting, tetapi juga bagaimana pesan dikirim, diterima, dan diproses secara emosional oleh penerima. Komunikasi interpersonal efektif membutuhkan keterampilan aktif (active listening), empati, kemampuan memberi dan menerima feedback, serta lingkungan yang aman untuk belajar memperbaiki perilaku komunikasi.

Kunci jawaban: d

Mengapa d adalah jawaban paling tepat

1. Pendekatan keterampilan terstruktur

Pelatihan mendengarkan aktif (active listening) mengajarkan teknik konkret: memberi perhatian penuh, paraphrasing (mengulang dengan kata sendiri), bertanya klarifikasi, dan menahan dorongan untuk segera menilai atau memotong pembicaraan. Teknik ini meningkatkan akurasi pemahaman pesan. (Rogers & Farson; DeVito)

2. Latihan empati lewat role-play

Empati bukan sekadar kata; mesti dilatih lewat simulasi situasi nyata sehingga pegawai belajar melihat perspektif rekan dan merespons secara suportif. Role-play dan refleksi mempercepat internalisasi sikap empatik.

3. Umpan balik konstruktif yang terstruktur

Model pemberian umpan balik (mis. Pendleton’s rules, atau format Deskripsi — Dampak — Harapan — Tindakan) membantu membuat umpan balik menjadi spesifik, non-menghakimi, dan berorientasi pada solusi. Ini mengurangi defensif dan meningkatkan kemungkinan perubahan perilaku.

4. Coaching, mentoring, dan monitoring

Pelatihan saja sering tidak cukup. Coaching berkelanjutan dan mentoring membantu transfer keterampilan ke situasi kerja nyata. Monitoring dan evaluasi memastikan implementasi dan memberikan data untuk perbaikan program.

5. Efek sistemik dan keberlanjutan

Solusi d bersifat menyeluruh—mengatasi kemampuan individu (skill), sikap (attitude), serta praktik organisasi—maka lebih mungkin menurunkan kesalahan koordinasi dan memperbaiki layanan publik.


Mengapa opsi lain kurang tepat atau bermasalah

a. Memo dan sanksi — Sanksi tanpa pembelajaran keterampilan menyebabkan perubahan perilaku bersifat sementara atau menimbulkan budaya takut. Memo bersifat normatif, tidak mengajarkan how-to berkomunikasi yang efektif.

b. Memindahkan orang — Solusi pemindahan bersifat reaktif dan administratif; tidak menyelesaikan akar masalah keterampilan komunikasi di organisasi secara menyeluruh dan dapat menimbulkan masalah personal dan moral.

c. Pelatihan teori saja — Tanpa latihan praktis (mis. role-play, coaching) keterampilan interpersonal sulit terinternalisasi. Teori perlu diikuti praktik, umpan balik dan refleksi.

e. Pesan satu arah pimpinan — Mengandalkan instruksi formal tanpa pembangunan kapasitas akan menghasilkan kepatuhan superfisial, bukan perubahan sikap dan kemampuan interpersonal.


Langkah implementasi praktis (rencana singkat yang bisa dipakai manajemen)

1. Assessment awal: survei 360° atau observasi untuk memetakan gap keterampilan komunikasi.

2. Rancang modul pelatihan: fokus pada (a) mendengarkan aktif, (b) empati & manajemen emosi, (c) pemberian/penanganan feedback, (d) komunikasi asertif dan “I-statements”.

3. Pelatihan interaktif: kombinasi teori singkat + role-play + video contoh + diskusi kelompok.

4. Sesi coaching/mentoring: pairing mentor selama 4–8 minggu untuk praktik di tempat kerja.

5. Sistem feedback terstruktur: gunakan format feedback yang disepakati (mis. Deskripsi-Dampak-Solusi).

6. Evaluasi & tindak lanjut: survei kepuasan kerja, indikator kinerja tim, dan observasi ulang; iterasi program berdasarkan hasil.



Konsep & Teori yang Mendukung

Active Listening — Carl R. Rogers & Richard E. Farson (teknik mendengarkan empatik).

Komunikasi Interpersonal — DeVito, J. A. (model proses komunikasi dua arah, pentingnya feedback).


Model Pemberian Umpan Balik — Pendleton’s rules / format Deskripsi-Dampak-Harapan (praktik umum dalam pelatihan klinis dan HR).


Two-Way Symmetrical Communication — Grunig (prinsip dialog dua arah untuk efektifitas dan pembangunan hubungan).


Johari Window — untuk memahami blind spots dan pentingnya umpan balik dalam meningkatkan kesadaran diri.


Referensi

DeVito, J. A. (2016). The Interpersonal Communication Book (edisi terbaru). Pearson.

Rogers, C. R., & Farson, R. (1957). Active Listening. (esai/konsep klasik — banyak dirujuk di literatur komunikasi).

Pendleton, D., Schofield, T., Tate, P., & Havelock, P. (2003). The Consultation: An Approach to Learning and Teaching (model feedback yang sering digunakan dalam setting profesional).

Grunig, J. E., & Hunt, T. (1984). Managing Public Relations. (teori komunikasi dua arah / symmetrical communication).

Peraturan/ pedoman internal institusi (mis. program pengembangan SDM atau pedoman etika layanan publik) sebagai sumber implementasi kontekstual.



5. Di sebuah rapat evaluasi, pimpinan bidang pelayanan publik merasa kesal karena laporan staf tidak sesuai harapan. Saat staf mencoba menjelaskan alasannya, pimpinan langsung memotong pembicaraan dan menyimpulkan bahwa staf “tidak serius bekerja”. Setelah rapat, staf menjadi pasif dan enggan berpendapat.

Sebagai ASN yang memahami pentingnya komunikasi interpersonal, apa langkah paling tepat untuk memperbaiki situasi tersebut?

a. Meningkatkan intensitas rapat agar staf terbiasa ditegur di depan umum.

b. Mengirimkan teguran tertulis agar staf lebih disiplin.

c. Mendorong pimpinan dan staf berlatih mendengarkan aktif dengan teknik paraphrasing dan klarifikasi.

d. Mengabaikan masalah, karena yang penting pekerjaan selesai.

e. Mengadakan survei kepuasan staf tanpa tindak lanjut.


Pembahasan:

Masalah utama adalah kurangnya keterampilan mendengarkan aktif (active listening).

Menurut Carl Rogers & Richard Farson (1957) dan DeVito (2016), mendengarkan aktif mencakup attending, paraphrasing, dan clarifying, agar pengirim merasa dihargai dan pesan tidak disalahartikan.

Solusi terbaik adalah melatih pimpinan dan staf untuk menggunakan teknik ini agar komunikasi dua arah dan saling percaya terbentuk.

Kunci Jawaban: c



Jika sahabat membutuhkan e-book SKB CPNS silahkan hubungi kami.

Email : manotar.sinaga@gmail.com

YouTube: Manotar Sinaga MKes

Tiktok : Manotar Sinaga M.Kes

atau sahabat dapat membeli langsung e-booknya di google play book dengan penulis : Manotar Sinaga.